Sistem Peternakan Terintegrasi Pilihan Petani Hebat

integrasi

Indonesia merupakan negara agraris yang sektor perekonomiannya banyak ditopang oleh sektor pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia  berprofesi sebagai petani, karena banyak lahan yang sangat luas di Indonesia berpotensi sebagai lahan pertanian yang dimanfaatkan oleh penduduk untuk bertani. Dunia pertanian (perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan) merupakan usaha yang mampu memberi nilai ekonomis dan meningkatkan kemantapan swasembada produk pertanian untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sektor pertanian dan peternakan sudah mengenal dengan sistem terintegrasi atau terpadu. Dengan sistem terintegrasi ini, usaha pada sektor pertanian dan peternakan dapat saling mendukung dan menguntungkan. Pelaksanaan usaha pertanian yang saling terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling melengkapi dan meniadakan limbah pertanian yang biasanya terjadi. Pertanian pada umumnya dikenal hanya sebagai tanah dan tanaman yang dikelola. Namun di luar itu pertanian mempunyai peranan lain yang berhubungan dengan bidang lain.

Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan sistem pertanian terintegrasi atau terpadu adalah suatu sistem yang memadukan antara kegiatan peternakan dan pertanian. Sistem ini sering disebut sistem pertanian tanpa limbah karena limbah tanaman diolah untuk pakan ternak dan cadangan pakan pada musim kemarau dan limbah ternak (faeces, urine) diolah menjadi biogas, biourine, pupuk organik dan bio pestisida. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan hasil usaha tani.

Salah satu sistem usaha tani yang dapat mendukung pembangunan pertanian di wilayah pedesaan adalah sistem integrasi tanaman ternak. Ciri utama dari pengintegrasian tanaman dengan ternak adalah terdapatnya keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak. Keterkaitan tersebut terlihat dari pembagian lahan yang saling terpadu dan pemanfaatan limbah dari masing masing komponen. Saling keterkaitan berbagai komponen sistem integrasi merupakan faktor pemicu dalam mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat tani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan.

Sistem integrasi tanaman ternak terdiri dari komponen budi daya tanaman, budi daya ternak, dan pengolahan limbah. Penerapan teknologi pada masing-masing komponen merupakan faktor penentu keberhasilan sistem integrasi tersebut. Menurut Pasandaran et al. (2005), salah satu kunci keberhasilan sistem integrasi adalah kemampuan mengelola informasi yang diperlukan dalam sistem integrasi termasuk informasi mengenai teknologi integrasi tanaman ternak. Di samping itu, keberhasilan petani dalam penerapan sistem integrasi tanaman ternak perlu didukung oleh kelembagaan yang kuat. Kelembagaan tersebut di antaranya adalah lembaga sosial masyarakat, lembaga agroinput, lembaga keuangan, lembaga pemasaran, dan lembaga penyuluhan (Rahman dan Subikta dalam Fagi et al, 2009).

Devendra (1993) dalam Priyanti (2007) menyatakan bahwa terdapat delapan keuntungan dari penerapan pola sistem integrasi tanaman-ternak, yaitu (1) diversifikasi penggunaan sumber daya produksi, (2) mengurangi terjadinya risiko usaha, (3) efisiensi penggunaan tenaga kerja, (4) efisiensi penggunaan input produksi, (5) mengurangi ketergantungan energi kimia dan biologi serta masukan sumber daya lainnya, (6) sistem ekologi lebih lestari serta tidak menimbulkan polusi sehingga ramah lingkungan, (7) meningkatkan output, dan (8) mampu mengembangkan rumah tangga petani yang berkelanjutan. Menurut hasil dari penelitian Wibawa di Desa Simantri Kelating, Kabupaten Tabanan, sistem perternakan terintegrasi sangat efektif dan berdampak positif serta signifikan. Dilihat dari hasil kesempatan kerja rumah tangga petani, sebelum dan sesudah adanya program terintegrasi ini dari 5,222 jam per hari menjadi 9,827 jam per hari.

 

Daftar Pustaka:

Pasandaran, E., A. Djayanegara, IK. Kariyasa, dan F. Kasryno. 2006. Integrasi Tanaman Ternak di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Fagi, A.M., Subandrio, IW. Rusastra. 2009. Sistem Integrasai Ternak Tanaman: Sapi-SawitKakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Anugrah, Iwan Setiajie., Sarwoprasodjo, Sarwititi., Suradisastra, Kedi., Purnaningsih, Ninuk. 2014. Sistem Pertanian Terintegrasi – Simantri: Konsep, Pelaksanaan dan Perannya Dalam Pembangunan Pertanian di Provinsi Bali. Pusat Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Misa, Dodi. 2015. Makalah Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri).

Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman-Ternak terhadap Alokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor Bogor. http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE32-2e.pdf. Diakses Tanggal 13 November 2015.

Wibawa, IK.T. dan IN.M. Yasa. 2013. Efektivitas dan Dampak Program Simantri terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Rumah Tangga Petani di Desa Kelating Kecamatan Kerambitan Kabupaten Tabanan. E-Jurnal EP Unud 2(6): 314-324.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.